Monday, October 14, 2013

Did you know? | Jupiter dan Saturnus Mengalami Hujan Berlian


Did you Know? | Mona Delitsky dari California Speciality Engineering di Flintridge dan Kebin Baines dari University of Wisconsin-Madison berdasarkan hasil riset mengungkapkan bahwa Jupiter dan Saturnus mengalami hujan berlian.

Keduanya memaparkan hasil penelitiannya di pertemuan divisi Ilmu Keplanetan pada American Astronomical Society yang berlangsung di Denver, Colorado, Senin (8/10/2013) lalu.

Menurut dua peneliti itu, seperti diberitakan Nature, Rabu (9/20/2013), petir merombak metana yang terdapat di atmosfer Saturnus dan Jupiter, kemudian membebaskan atom karbon penyusunnya.

Atom karbon yang dibebaskan kemudian berikatan satu sama lain, membentuk jelaga. Ketika semakin turun ke bawah lapisan atmosfer, karena suhu dan tekanan yang lebi tinggi, jelaga berubah menjadi grafit dan selanjutnya menjadi berlian.

Semakin turun, suhu di Jupiter dan Saturnus bisa mencapai 8.000 derajat celsius. Berlian yang semula padat bisa berubah menjadi cair, menjelma sebagai hujan berlian.

Baine mengatakan, di Saturnus, berlian bisa terbentuk pada kedalaman atmosfer 6.000 hingga 30.000. Menurutnya, Saturnus bisa menghasilkan 10 juta ton berlian dengan sebagian besar ada dalam bentuk batuan yang ukurannya tak lebih dari satu milimeter.

"Kalau Anda punya robot di sana, robot itu cukup duduk dan akan mengoleksi berlian yang berjatuhan," kata Baines.

Dalam pandangan dua Baines dan Delitsky, pada tahun 2049, manusia bisa mengoleksi berlian di Saturnus dan menggunakannya untuk membuat wahana superkuat guna mengambil helium 3 untuk bahan bakar.

Menanggapi penelitian Baines dan Delitsky, David Stevenson dari California Institute of Technology mengatakan bahwa dirinya meragukan riset itu.

Menurutnya, metana di Jupiter dan Saturnus rendah, hanya 0,2 dan 0,5 persen. Jadi, seperti gula dan garam dalam air, bila jelaga terbentuk, maka hanya akan larut dalam atmosfer dua planet yang kaya akan gas-gas lain itu.

Sementara, Luca Ghiringhelli, menuturkan bahwa terlalu prematur untuk mengatakan bahwa berlian bisa terbentuk di Jupiter dan Saturnus. Sebabnya, metana di dua planet itu tak sebanyak di Uranus dan Neptunus.
Sumber: kompas

Thursday, May 2, 2013

Sangat Kecil, ini Mumi Apa Alien?

Atacama Humanoid (Ata)

Did you know? | Tahun 2003, sebuah makhluk yang dijadikan mumi ditemukan oleh seorang pria yang mencari peninggalan sejarah di sebuah gereja di La Noria, Gurun Atacama, Cile. Mumi itu sangat kecil, berukuran hanya sekitar 15 cm.

Rupa mumi tersebut begitu aneh, menyerupai alien. Karenanya, selama 10 tahun, identitas tulang tersebut menjadi misteri. Ada yang percaya bahwa mumi itu adalah makhluk luar angkasa, ada pula yang meyakini bahwa mumi itu adalah janin manusia yang digugurkan.

Orcar Munoz, penemu obyek itu, awalnya mendeskripsikan bahwa kerangka itu memiliki gigi keras dan kepala yang memiliki tonjolan. Sementara itu, terdapat sisa kulit yang tampak bersisik. Tak seperti manusia, tulang rusuknya hanya 9 (jumlah kemudian direvisi menjadi 10).

Mumi yang kemudian disebut Atacama Humanoid (Ata) tersebut beberapa kali berpindah tangan sebelum akhirnya jatuh ke Ramon Navia Orio, Kepala Institute for Exobiological Investigation and Study (IEE). Navia Orio mengungkapkan, obyek itu bukanlah hoax, walau belum tahu apakah memang alien.



Minggu ini, dalam tayangan bernama "Sirius" pada Senin (22/4/2013), terkuak bahwa mumi tersebut betapa pun anehnya adalah manusia. Analisis DNA menunjukkan bahwa obyek yang dimumikan itu adalah seorang pria.

Gary Nolan, peneliti sel punca dari Stanford University, dalam tayangan dokumenter tersebut mengatakan, "Saya yakin sekali ini bukan monyet. Ini manusia, lebih dekat ke manusia daripada simpanse. Ia hidup hingga usia 6-8 tahun."

"Pastinya, dia bernapas, dia makan, dia melakukan metabolisme. Menjadi pertanyaan kemudian adalah berapa besar ukurannya ketika dilahirkan," papar Nolan seperti dikutip Huffington Post, Rabu (24/4/2013).

Nolan melakukan analisis pada DNA mitokondria, bagian sel yang bertugas menghasilkan energi tetapi juga memiliki materi genetik. "Untai yang kami dapat dari DNA mitokondria menunjukkan bahwa ibu dari manusia ini adalah orang Indian dari Cile."
Sumber: Huffington Post
Editor: Kompas